Kamis, 15 Januari 1987
Hari ini, 28 tahun yang lalu, hadir ke dunia ini, seorang bayi laki-laki
yang kini ditakdirkan untuk menjadi suamiku dan menjadi ayah dari
anakku.
Dulu kamu adalah seorang pria muda penuh semangat yang berapi-api, penuh
tekat yang begitu nekat, kepalamu penuh dengan ide untuk kesuksesanmu,
hatimu penuh dengan harapan untuk masa depanmu.
Beberapa tahun yang lalu, kamu bukan siapa-siapa, kita masih berteman
seperti biasa, tidak ada yang spesial, urusanmu ya urusanmu, urusanku ya
urusanku. Beberapa tahun kemudian berlalu, kau mengejutkanku dengan
kata yang kurang aku mengerti, maafkan aku karena sempat tak mengerti
maksud perkataanmu, dan aku dengan tenang masih menjalani hubungan
dengan orang lain sementara kau merana di sudut sana.
Tak lama kemudian aku mulai mengerti maksudmu, aku menelan ludah, seraya
berpikir, mungkinkah? dan betapa bodohnya aku, aku masih juga pura-pura
tak mengerti maksudmu. Hubungan ini berjalan tak tau arah, aku tak
memberi kepastian, dan semakin kulihat keraguan di raut wajahmu, tapi
aku tau semangatmu tak pernah surut. Suamiku, masih ingat?aku yang
begitu penasaran dengan apa itu kue buaya, lalu tiba-tiba kau datang
dengan sebongkah benda besar yang ku kira adalah boneka, dan
ternyata???itu adalah roti buaya persis seperti apa yang aku mau. Kamu
gila???jauh -jauh ke jakarta cuma beli roti buaya??iya gila karenaku
rupanya.
Suamiku, akhirnya kita mengucap janji suci, aku sangat gugup ketika
itu,,persiapan pernikahan menghabiskan 8kg berat badanku selama 3 bulan,
membuatku gila....tapi berakhir meriah dan indah. Bulan november ketika
itu, aku terlambat datang bulan, hamilkah? aaaahh mungkin telat biasa
seperti bulan lalu, kemudian ku beranikan diri untuk menecek, 2 garis
:)...aku kirim gambar lewat bbm, kau menjawab bbmku dengan tenang, tapi
aku tau kau disana menari kegirangan, setelah hampir 6 bulan kita
menunggu. Sepulang dari kau mencari nafkah di semarang, kau peluk erat
diriku, peluk yang hampir membuatku tak bisa bernafas, peluk penuh
kebahagiaan, kebahagiaan yang teramat sangat kau nantikan, tak sabar
sekali kamu untuk dipanggin ayah, begitupun aku, tak sabar ingin
dipanggil ibu.
9 Bulan yang ku lalui tak semudah dibayangkan, aku tinggal sendiri,
benar-benar sendiri dirumah kontrakan kita, mual muntah, sakit pinggang,
sering nyaris pingsan karena tekanan darah rendah, belum lagi ocehan
dari teman sekantor yang menyebutku "manja" karena beberapa kali ijin
tak masuk kantor. Mungkin dia tak mengerti, hidup sendiri dan kondisi
hamil itu tidak enak, sungguh tak enak sekali.
Akhir juli lalu, kami resmi menjadi ayah dan ibu, biarpun prosesnya
panjang, melelahkan dan menyakitkan, tapi alkhamdulillah anak kita lahir
dengan sehat dan selamat, meskipun aku tak sempat melihat kau
mengadzani dia, tak sempat melihat tangisnya untuk yang pertama kali,
dan tak sempat memarahimu karena kamu terlalu sering mencium anak kita
:))
Anak kita sekarang sudah berusia 5 bulan, dia sangat lucu dan
menggemaskan, makin mewarnai hari-hari kita, dan tentunya menjadi mood
booster untukku. Dia sangat gagah seperti ayahnya, senyumnya lebar
persis sepertimu, tingkahnya sungguh lucu, pengobat lelahku dan lelahmu.
Sekarang...kamu bukan lagi pria muda dengan semangat yang ber api-api,
kini kamu adalah seorang ayah dan seorang suami yang berpandangan
teduh, seorang pria dewasa yang benar-benar mempunyai tanggungjawab
besar terhadap kami. Maafkan aku, karenaku kamu tak sempat mengejar
mimpi dan cita-citamu. Maafkan aku, aku yang telah merubah duniamu,
memaksamu manjauhi pergaulanmu yang dulu, maafkan aku membatasi
kegiatanmu, bahkan karenaku kamu tak sempat menekuni hobimu. Aku memang
tak secara langsung memintamu berubah, tapi komitmen kita yang membuatmu
harus tunduk dan patuh terhadap peraturan yang tak pernah kita tulis
bersama, peraturan yang hanya ada di lubuk hatimu paling dalam.
Suamiku, aku sungguh tidaklah sempurna, sungguh aku tak bisa mendidik
anak kita dengan baik, aku tak mampu mengurusmu dengan baik, tolong
sempurnakan usahaku sayang...karena denganmu aku sempurna.
Terimakasih sayang, kau hadir dalam kehidupanku, memberikan keajaiban
kepadaku, tanpamu.... aku tak pernah ada... denganmu...aku sempurna.
Selamat ulang tahun suamiku, semoga Allah selalu melindungimu,
menghiasimu dengan kesehatan, melimpahkan rizqi yang halal bagimu,
semoga bisa menjadi ayah dan suami yang semakin baik dan baik lagi bagi
kami. Amiin
No comments:
Post a Comment